Rabu, 12 Mei 2010

Makalah Lupus

MK: Biokimia Dosen : dr. Karmila


KASUS IMUNOLOGI
”Penyakit LUPUS”
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Biokimia











DISUSUN OLEH :
Nila Sari
08.04.1.024
IA



PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKES HANG TUAH PEKANBARU
2008/2009


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan kepada kita semua tentang penyakit ”LUPUS” yang dapat menyerang sistem imun tubuh kita.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang berguna demi perbaikan dalam makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita sebagai penambah wawasan dan pengembangan pengetahuan kita tentang kasus imunologi khususnya penyakit lupus.







Pekanbaru, Juni 2009
Hormat Saya,


Penulis




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 4
1.2 Tujuan 5
BAB II : ISI
2.1 Pengenalan Imunologi 6
2.2 Definisi Penyakit Lupus 7
2.3 Gejala-gejala Penyakit Lupus 8
2.4 Jenis Penyakit Lupus 10
2.5 Kelainan Antibodi (Autoimunitas) 10
2.6 Jalan Masuk Antibodi ke dalam Tubuh dan Akibat Kelebihan Antibodi 11
2.7 Cara Menghindari Kambuhnya Penyakit Lupus Pada Penderita 11
2.8 Pengobatan Penyakit Lupus 12
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan 13
3.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit-penyakit akibat penurunan imunitas merupakan penyakit yang sulit diatasi kedokteran modern karena:
* Kesembuhan hampir tidak pernah terjadi.
* Tidak mungkin untuk menghambat lajunya penyakit seperti ini.

Suatu organisme hidup tidak mungkin bertahan tanpa pertahanan terhadap faktor-faktor yang merugikan baik dari dalam maupun dari luar, hidup maupun mati.
Mekanisme pertahanan yang di bentuk sejak terjadinya kehidupan berjuta tahun yang lalu merupakan suatu system yang rumit dan sangat terorganisir baik melindungi existensi biologis setiap mahluk hidup.
Hubungan dengan lingkungan dan perlindungan terhadap lingkungan merupakan -unsur kunci dalam kehidupan . Asupan dan metabolisme dari zat pendukung kehidupan diakui sebagai sifat biologis dasar tetapi jangan dilupakan bahwa pertahanan melawan hal yang mengancam dan merusak kehidupan sama pentingnya.
Walau sangat canggih sistem kekebalan bekerja berdasarkan prinsip dasar yang sangat sederhana yaitu membedakan antara diri (sendiri) dan benda asing dan menyerang benda asing dengan tujuan akhir mengeluarkannya dari dalam tubuh.
Biasanya kita berhasil, misalnya pada saat tubuh kita menyerang mikroba yang patogen tetapi kadangkala seperti pada saat tubuh kita bergantung pada organ yang ditransplantasikan, misalnya jantung, ginjal,hati akan terjadi sistem imunitas menyerang dan menyebabkan efek penolakan.
Sistem kekebalan dapat dianggap sebagai pasukan pertahanan. Pasukan ini terdiri dari berbagai battalion yang masing masing harus melakukan suatu kegiatan yang sudah ditentukan dan setiap prajurit di perintah untuk melakukan tugas tertentu.
Pasukan ini harus melawan banyak macam penyerang seperti bermacam bakteri, jamur, virus, tumor, racun, protein asing yang masing-masing memerlukan rencana tempur yang berbeda.
Tanpa pasukan prajurit imunologis demikian untuk melawan yang bekerja berdasarkan rencana tempur yang benar kita sudah menyerah kepada para penyerang sebelum kita melalui masa bayi .
1.2 TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah dengan judul “Penyakit LUPUS” adalah untuk memberikan informasi kepada semua pihak yang memerlukan info mengenai penyakit LUPUS tersebut agar semua lebih memahami segala hal tentang penyakit tersebut sehingga dapat mengantisipasi dan mengenalinya dari dini.






















BAB II
ISI

2.1 Pengenalan Imunologi

Paul Ehrlich
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi imunitas. Imunologi berasal dari ilmu kedokteran dan penelitian awal akibat dari imunitas sampai penyakit. Sebutan imunitas yang pertama kali diketahui adalah selama wabah Athena tahun 430 SM. Thucydides mencatat bahwa orang yang sembuh dari penyakit sebelumnya dapat mengobati penyakit tanpa terkena penyakit sekali lagi. Observasi imunitas nantinya diteliti oleh Louis Pasteur pada perkembangan vaksinasi dan teori penyakit kuman. Teori Pasteur merupakan perlawanan dari teori penyakit saat itu, seperti teori penyakit miasma. Robert Koch membuktikan teori ini pada tahun 1891, untuk itu ia diberikan hadiah nobel pada tahun 1905. Ia membuktikan bahwa mikroorganisme merupakan penyebab dari penyakit infeksi. Virus dikonfirmasi sebagai patogen manusia pada tahun 1901 dengan penemuan virus demam kuning oleh Walter Reed.
Imunologi membuat perkembangan hebat pada akhir abad ke-19 melalui perkembangan cepat pada penelitian imunitas humoral dan imunitas selular. Paul Ehrlich mengusulkan teori rantai-sisi yang menjelaskan spesifisitas reaksi antigen-antibodi. Kontribusinya pada pengertian imunitas humoral diakui dengan penghargaan hadiah nobel pada tahun 1908, yang bersamaan dengan penghargaan untuk pendiri imunologi selular, Elie Metchnikoff.
2.2 Definisi Penyakit Lupus
Penyakit lupus yang dalam bahasa kedokterannya dikenal sebagai systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang banyak sistem dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan disertai adanya antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri.

Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit inflamasi/otoimun multiorgan dengan penyebab yang belum jelas. LES juga penyakit yang aneka ragam manifestasi klinik, laboratorium, perjalanan dan prognosa. Timbulnya LES karena terjadinya penyimpangan reaksi imunologik yang menghasilkan antibodi yang terus menerus. Antibodi ini sebagian menyebabkan kerusakan sitotoksik. Bagian lain dari antibodi beperan serta dalam pembentukan kompleks imun. Kompleks imun ini mencetuskan penyakit inflamasi imun sistemik.
Sistem imun tubuh biasanya membentuk sejenis protein yang disebut antibodi. Antibodi melindungi tubuh terhadap serangan virus, kuman dan bahan asing lainnya. Virus, kuman dan bahan asing lainya disebut antigen. Pada penyakit otoimun seperti LES, sistem imun tubuh kehilangan kemampuannya untuk membedakan antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri. Dalam keadaan demikian sistem imun tubuh membentuk antibodi terhadap sel dan jaringan sendiri terus menerus. Antibodi ini disebut otoantibodi.
Otoantibodi menyerang sel sendiri (sel sendiri dianggap antigen atau disebut oto antigen) dan membentuk kompleks otoimun. Kompleks (oto) imun makin lama makin bertambah dalam jaringan dan beredar dalam darah. Ini mencetuskan inflamasi otoimun dengan kerusakan multiorgan. Manifestasi inflamasi otoimun atau penyakit otoimun/LES ini terutama terjadi pada sendi, kulit, darah, ginjal, dan otak. Adakalanya LES menyerang hampir semua organ tubuh.
PENYAKIT lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE) lebih sering ditemukan pada ras tertentu seperti ras kulit hitam, Cina, dan Filipina. Penyakit ini terutama diderita oleh wanita muda dengan puncak kejadian pada usia 15-40 tahun (selama masa reproduktif) dengan perbandingan wanita dan laki-laki 5:1. Penyakit ini sering ditemukan pada beberapa orang dalam satu keluarga.
Penyebab dan mekanisme terjadinya SLE masih belum diketahui dengan jelas. Namun diduga mekanisme terjadinya penyakit ini melibatkan banyak faktor seperti genetik, lingkungan, dan sistem kekebalan humoral. Faktor genetik yang abnormal menyebabkan seseorang menjadi rentan menderita SLE, sedangkan lingkungan berperan sebagai faktor pemicu bagi seseorang yang sebelumnya sudah memiliki gen abnormal. Sampai saat ini, jenis pemicunya masih belum jelas, namun diduga kontak sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat golongan sulfa, penghentian kehamilan, dan trauma psikis maupun fisik.
Penyakit LUPUS adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker. Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi penyandang penyakit Lupus mencapai 5 juta orang, lebih dari 100 ribu kasus baru terjadi setiap tahunnya.
Arti kata lupus sendiri dalam bahasa Latin berarti “anjing hutan”. Istilah ini mulai dikenal sekitar satu abad lalu. Awalnya, penderita penyakit ini dikira mempunyai kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi . Bercak-bercak merah di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan , rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh.
Dr. Rahmat Gunadi dari Fak. Kedokteran Unpad/RSHS menjelaskan, penyakit lupus adalah penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh dianggap benda asing. Reaksi sistem imunitas bisa mengenai berbagai sistem organ tubuh seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru, lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, maupun pembuluh darah dan sel-sel darah.
“Penyakit ini dapat mengenai semua lapisan masyarakat, 1-5 orang di antara 100.000 penduduk, bersifat genetik, dapat diturunkan. Wanita lebih sering 6-10 kali daripada pria, terutama pada usia 15-40 tahun. Bangsa Afrika dan Asia lebih rentan dibandingkan kulit putih. Dan tentu saja, keluarga Odapus. Timbulnya penyakit ini karena adanya faktor kepekaan dan faktor pencetus yaitu adanya infeksi, pemakaian obat-obatan, terkena paparan sinar matahari, pemakaian pil KB, dan stres,” ujarnya. Penyakit ini justru kebanyakaan diderita wanita usia produktif sampai usia 50 tahun sekalipun ada juga pria yang mengalaminya. Oleh karena itu dianggap diduga penyakit ini berhubungan dengan hormon estrogen.
Pada kehamilan dari perempuan yang menderita lupus, sering diduga berkaitan dengan kehamilan yang menyebabkan abortus, gangguan perkembangan janin atau pun bayi meninggal saat lahir. Tetapi hal yang berkebalikan juga mungkin atau bahkan memperburuk geja LUPUS. Sering dijumpai gejala Lupus muncul sewaktu hamil atau setelah melahirkan.
2.3 Gejala-gejala Penyakit Lupus
Gejala klinis dan perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Penyakit dapat timbul mendadak disertai tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam tubuh. Penyakit dapat juga menahun dengan gejala pada satu sistem yang lambat laun diikuti oleh terkenanya sistem yang lain. Pada tipe menahun terdapat masa bebas gejala dan masa kambuh kembali. Masa bebas gejala dapat berlangsung bertahun-tahun. Munculnya penyakit dapat spontan atau didahului faktor pemicu. Setiap serangan biasanya disertai gejala umum, seperti demam, badan lemah, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun.
Diagnosis SLE seringkali sulit ditegakkan karena gejala klinis penyakitnya sangat beraneka ragam. Untuk menegakkan diagnosis SLE umumnya harus dilakukan melalui dua tahapan. Pertama, menyingkirkan kemungkinan diagnosis penyakit lain. Kedua, mencari tanda dan gejala penyakit yang memiliki nilai diagnosis tinggi untuk SLE.
Berdasarkan kriteria American College of Rheumatology (ACR) 1982, diagnosis SLE dapat ditegakkan secara pasti jika dijumpai empat kriteria atau lebih dari 11 kriteria, yaitu bercak-bercak merah pada hidung dan kedua pipi yang memberi gambaran seperti kupu-kupu (butterfly rash), kulit sangat sensitif terhadap sinar matahari (photohypersensitivity), luka di langit-langit mulut yang tidak nyeri, radang sendi ditandai adanya pembengkakan serta nyeri tekan sendi, kelainan paru, kelainan jantung, kelainan ginjal, kejang tanpa adanya pengaruh obat atau kelainan metabolik, kelainan darah (berkurangnya jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah), kelainan sistem kekebalan (sel LE positif atau titer anti-ds-DNA abnormal atau antibodi anti SM positif atau uji serologis positif palsu sifilis) dan antibodi antinuklear (ANA) positif.
Kelainan yang paling sering pada SLE adalah kelainan sendi dan kelainan kulit. Sendi yang sering terkena adalah sendi jari-jari tangan, sendi lutut, sendi pergelangan tangan dan sendi pergelangan kaki. Kelainan kulit berupa butterfly rash dianggap khas dan banyak menolong dalam mengarahkan diagnosis SLE.
Gejala-gejala penyakit dikenal sebagai Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) alias Lupus. Eritomatosus artinya kemerahan. sedangkan sistemik bermakna menyebar luas keberbagai organ tubuh. Istilahnya disebut LES atau Lupus. Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah:
1. Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan.
2. Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
3. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus.
4. Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit LUPUS ini
5. Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan
2.4 Jenis Penyakit lupus
Jenis penyakit Lupus ini memiliki tiga macam bentuk yaitu :
- Cutaneus Lupus, seringkali disebut discoid yang mempengaruhi kulit.
- Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang menyerang organ tubuh seperti kulit, persendian, paru-paru, darah, pembuluh darah, jantung, ginjal, hati, otak, dan syaraf.
- Drug Induced Lupus(DIL), timbul karena menggunakan obat-obatan tertentu. Setelah pemakaian dihentikan, umumnya gejala akan hilang.
11 Kriteria yang dipakai dalam klasifikasi LES dari American College of Rheumatology (ACR)
a. Artritis nonerosif pada 2 atau lebih sendi dengan tanpa efusi
b. ANA di atas titer normal yang bukan disebabkan oleh obat
c. Bercak malar
d. Fotosensitif bercak reaksi sinar matahari/dari anamnesa
e. Bercak diskoid
f. Salah satu kelainan darah
i. Anemia hemolitik (eritrosit dihancurkan oleh otoantibodi) dengan retrikulositosis
ii. Lekosit < 4000 dalam dua kesempatan. Variasinya 1500-4000 lekosit
iii. Limfosit < 1500 dalam dua kesempatan
iv. Trombosit < 100.000 bukan karena obat


g. Salah satu kelainan ginjal
i. Proteinuria > 0,5 g per 24 jam urin/protein +++ dalam urin dengan tes dipstik.
ii. Sedimen : seluler eritrosit/ lekosit/ hemoglobin atau granuler/ tubuler/campuran
h. Salah satu serositis
i. Pleuritis dari anamnesa/terdengar gesekan pleura melalui stetoskop/efusi pleura
ii. Perikarditis terdengar gesekan melalui stetoskop/EKG/efusi dari perikardium
i. Salah satu kelainan neurologik
i. Konvulsi bukan karena obat/kelainan metabolik/gangguan elektrolit
ii. Psikosis bukan karena obat/kelainan metabolik/gangguan elektrolit
j. Ulser mulut/hidung, biasanya tidak nyeri
k. Salah satu kelainan imunologik
i. Sel LE positif
ii. Anti dsDNA di atas titer normal
iii. Anti Sm (Smith) di atas titer normal
iv. Tes sifilis positif palsu selama 6 bulan dan dikonfirmasikan dengan imobilisasi treponema palidum/tes fluoresen antibodi treponema positif.
2.5 Kelainan Antibodi (autoimunitas)
Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tetap sehat. Namun, dalam penyakit ini kekebalan tubuh justru menyerang organ tubuh yang sehat. Penyakit Lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi yang berlebih. Dalam tubuh seseorang terdapat antibodi yang berfungsi menyerang sumber penyakit yang akan masuk dalam tubuh. Uniknya, penyakit Lupus ini antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul berlebihan. Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat. Kelainan ini disebut autoimunitas.



2.6 Jalan masuk Antibodi kedalam tubuh dan Akibat kelebihan antibodi
Antibodi yang berlebihan ini, bisa masuk ke seluruh jaringan dengan dua cara yaitu :
Pertama, antibodi aneh ini bisa langsung menyerang jaringan sel tubuh, seperti pada sel-sel darah merah yang menyebabkan selnya akan hancur. Inilah yang mengakibatkan penderitanya kekurangan sel darah merah atau anemia.
Kedua, antibodi bisa bergabung dengan antigen (zat perangsang pembentukan antibodi), membentuk ikatan yang disebut kompleks imun.Gabungan antibodi dan antigen mengalir bersama darah, sampai tersangkut di pembuluh darah kapiler akan menimbulkan peradangan. Dalam keadaan normal, kompleks ini akan dibatasi oleh sel-sel radang (fagosit) Tetapi, dalam keadaan abnormal, kompleks ini tidak dapat dibatasi dengan baik. Malah sel-sel radang tadi bertambah banyak sambil mengeluarkan enzim, yang menimbulkan peradangan di sekitar kompleks. Hasilnya, proses peradangan akan berkepanjangan dan akan merusak organ tubuh dan mengganggu fungsinya. Selanjutnya, hal ini akan terlihat sebagai gejala penyakit. Kalau hal ini terjadi, maka dalam jangka panjang fungsi organ tubuh akan terganggu.
2.7 Cara menghindari kambuhnya penyakit lupus pada penderita
 Menghindari stress
 Menjaga agar tidak langsung terkena sinar matahari
 mengurangi beban kerja yang berlebihan
 menghindari pemakaian obat tertentu.
2.8 Pengobatan Penyakit Lupus
Kesembuhan total dari penyakit ini, tampaknya sulit. Dokter lebih berfokus pada pengobatan yang sifatnya sementara.Lebih difokuskan untuk mencegah meluasnya penyakit dan tidak menyerang organ vital tubuh

Sampai sekarang, SLE memang belum dapat disembuhkan secara sempurna. Meskipun demikian, pengobatan yang tepat dapat menekan gejala klinis dan komplikasi yang mungkin terjadi. Program pengobatan yang tepat bersifat sangat individual tergantung gambaran klinis dan perjalanan penyakitnya. Pada umumnya, penderita SLE yang tidak mengancam nyawa dan tidak berhubungan dengan kerusakan organ vital dapat diterapi secara konservatif.
Bila penyakit ini mengancam nyawa dan mengenai organ-organ vital, maka dipertimbangkan pemberian terapi agresif. Terapi konservatif maupun agresif sama-sama menggunakan terapi obat yang digunakan secara tunggal ataupun kombinasi. Terapi konservatif biasanya menggunakan anti-inflamasi non-steroid (indometasin, asetaminofen, ibuprofen), salisilat, kortikosteroid (prednison, prednisolon) dosis rendah, dan antimalaria (klorokuin). Terapi agresif menggunakan kortikosteroid dosis tinggi dan imunosupresif (azatioprin, siklofoshamid).
Selain itu, penderita SLE perlu diingatkan untuk selalu menggunakan krem pelindung sinar matahari, baju lengan panjang, topi atau payung bila akan bekerja di bawah sinar matahari karena penderita sangat sensitif terhadap sinar matahari. Infeksi juga lebih mudah terjadi pada penderita SLE, sehingga penderita dianjurkan mendapat terapi pencegahan dengan antibiotika bila akan menjalani operasi gigi, saluran kencing, atau tindakan bedan lainnya. Salah satu bagian dari pengobatan SLE yang tidak boleh terlupakan adalah memberikan penjelasan kepada penderita mengenai penyakit yang dideritanya, sehingga penderita dapat bersikap positif terhadap terapi yang akan dijalaninya. Saat ini di beberapa negara telah tersedia penjelasan mengenai penyakit SLE dalam bentuk brosur, bahkan telah berdiri perkumpulan penderita SLE.
Sebelum tahun 1950, SLE merupakan penyakit yang fatal. Namun saat ini dengan pemakaian kortikosteroid yang tepat serta adanya kombinasi dengan obat lain dapat memberikan hasil yang baik. Kematian paling sering disebabkan komplikasi gagal ginjal, kerusakan jaringan otak, dan infeksi sekunder.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit LUPUS adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker.
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang banyak sistem dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan disertai adanya antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri.
Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah:
1. Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan.
2. Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
3. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus.
4. Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit LUPUS ini
5. Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan
Penyebab dan mekanisme terjadinya SLE masih belum diketahui dengan jelas. Namun diduga mekanisme terjadinya penyakit ini melibatkan banyak faktor seperti genetik, lingkungan, dan sistem kekebalan humoral. Faktor genetik yang abnormal menyebabkan seseorang menjadi rentan menderita SLE, sedangkan lingkungan berperan sebagai faktor pemicu bagi seseorang yang sebelumnya sudah memiliki gen abnormal. Sampai saat ini, jenis pemicunya masih belum jelas, namun diduga kontak sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat golongan sulfa, penghentian kehamilan, dan trauma psikis maupun fisik.
3.2 Saran
Suatu organisme hidup tidak mungkin bertahan tanpa pertahanan terhadap faktor-faktor yang merugikan baik dari dalam maupun dari luar, hidup maupun mati.
Mekanisme pertahanan yang di bentuk sejak terjadinya kehidupan berjuta tahun yang lalu merupakan suatu system yang rumit dan sangat terorganisir baik melindungi existensi biologis setiap makhluk hidup.
Hubungan dengan lingkungan dan perlindungan terhadap lingkungan merupakan -unsur kunci dalam kehidupan. Asupan dan metabolisme dari zat pendukung kehidupan diakui sebagai sifat biologis dasar tetapi jangan dilupakan bahwa pertahanan melawan hal yang mengancam dan merusak kehidupan sama pentingnya.
Walau sangat canggih sistem kekebalan bekerja berdasarkan prinsip dasar yang sangat sederhana yaitu membedakan antara diri (sendiri) dan benda asing dan menyerang benda asing dengan tujuan akhir mengeluarkannya dari dalam tubuh.
Biasanya kita berhasil , misalnya pada saat tubuh kita menyerang mikroba yang patogen tetapi kadangkala seperti pada saat tubuh kita bergantung pada organ yang ditransplantasikan, misalnya jantung, ginjal,hati akan terjadi sisteim imunitas menyerang dan menyebabkan efek penolakan..












DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth. 2001. Patofisisologi. Jakarta: EGC
J. Darmawan MD, Ph.D, FACR; Prof. AR. Nasution MD, FACP, FACR; Prof. Handono Kalim MD, Ph.D; Prof. RP. Sidabutar, MD, Ph.D; Diagnosis dan Terapi Lupus Eritematosus Sistemik; Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan, IDI.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Jilid I; Edisi Ketiga; Balai Penerbit FKUI; Jakarta, 1996.
Joseph A. Bellanti, MD; Imunologi III; Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada; Gajah Mada University Press.
http://id.wikipedia.org/wiki/Lupus_eritematosus_sistemik
www.google.com

MeTode LenDiR seRviks



Metode Lendir Serviks

I. Sejarah Metode Lendir serviks Ovulasi Billings

Dr. John Billings

Pada tahun lima puluhan, satu satunya cara kelurga Berencana Alamia adalah metode kalender. Metode Kalender berdasarkan kenyataan bahwa ovulasi terjadi hanya pada satu hari dalam satu bulan, antara 10 sampai 16 hari sebelum haid mulai keluar. Atas dasar pengetahuan ini wanita yang siklusnya cukup teratur dapat menentukan hari hari dimana dia subur. Dia menghitung panjangnya siklus selama 1 tahun, kemudian menentukan masa mungkin subur dari hari keberapa sampai keberapa melalui suatu perhitungan dari siklus yang paling panjang dan yang paling pendek.
Metode Kalender dapat dipakai dengan sukses selama panjangnya siklus wanita tidak berubah. Tetapi ada kekurangannya. Tidak ada wanita yang siklusnya selalu teratur. Kadang kadang karena sesuatu hal – entah stress psikis atau fisik, entah selama menyusui atau waktu sedang menjelang menopause – panjangnya siklus mengalami perubahan yang cukup besar.
Dalam keadaan dimana siklus menjadi panjang atau tidak teratur, kebebasan pasangan terlalu dibatasi oleh Metode Kalenderdan kurang dapat diandalakan. Ada wanita yang siklusnya hampir selalu tak teratur, tanpa adanya kelainan. Tetapi agar dapat mengendalikan kesuburannya, mereka harus dapat menafsirkan siklus mereka itu. Yang dicari adalah suatu tanda kesuburan yang dapat diketahui oleh wanita itu sendiri.

Pada tahun 1953, Dr. John Billings mulai belajar buku buku dan majalah majalah kedokteran dengan tujuan mencari tanda tanda kesuburan itu. Dia heran mebaca sebuah buku yang menjelaskan tentang pengeluaran lendir yang terjadi sekitar saat ovulasi oleh sel sel didalam leher rahim.
Maklumlah dia bukan Dokter Ginekolog. Dari pelajaran pelajaran yang diterimanya, Dr. Billings mengambil kesimpulan bahwa mskipun adanya lendir itu sudah diketahui oleh para dokter, tidak pernah ada yang menanyakan kepada wanita apakah dia menyadari hal itu.
Sebetulnya sudah pada tahun 1855, Dr. Smith setelah mengatkan bahwa kemungkinan mencapai kehamilan paling tinggi pada waktu lendir “didalam keaadaan paling encer / cair”. Juga Dr. Sims, pada tahun 1868 menekankan pentingnya lendir bila mau diperiksa kesehatan sperma. Ia mengatakan bahwa “test kesehatan sperma itu sebaiknya dilaksanakan pada waktu lendir menjadi bening dan bersifat seperti putih telur mentah”. Pada Tahun 1913, Dr. Hurner mengembangkan penelitian Der. Sims.

Dia juga menekankan bahwa sebaiknya test Huhner itu dilaksanakan selama ada lendir yang khas. Pada tahun 1933 di perancis, Dr. Seguy dan Dr. Simmonet mengadakan penelitian dengan mengunakan laboratomy, dimana indung indung telur diliat langsung. Mereka menguatkan kesimpulan bahwa ada hubungan erat antara ovulasi dan lendir subur serta puncak estrogen.
Pada waktu mempelajari semua ini, Dr Billings mulai menanyakan kepada beberapa wanita tentang lendir lendir itu. Menjadi jelas bahwa bagi ibu ibu lendir itu sesuatu yang biasa, dan mereka sadar akan variasi-variasi dalam sifatnya. Setelah itu perlu meneliti apakah pola perkembangan lendir selama siklus, dan apakah kaum wanita dapat menentukan masa subur meraka.
Dengan bantuan beberapa ratus wanita, ditemukan suatu pola lendir yang standart. Menjadi jelas bahwa selain sifatnya, perasaan lendir penting untuk menunjukan permulaan masa subur. Wanita butapun dapat membedakan perasaan lendir dan menentukan bahwa pola lendir itu tidak begitu berbeda dari satu suku dengan suku yang lain.

Pada tahun 1966, Dr Evelyn Billings, Istri Dr John Billings mulai membantu suaminya dalam riset dan mengajar metode.
Langsung menjadi jelas bahwa lebih berhasil bila metode ini diajarkan oleh wanita. Bagi kaum Adam sulit membayangkan wujud dan perasaan lendir yang merupakan hal pokok dalam menjalankan metode dengan baik. Selain itu sulit bagi wanita tertentu berbicara dengan pembina laki laki mengenai soal lendir.
Pada pertengahan tahun empat puluhan telah selesai suatau studi klinis yang panjang. Dari penelitian – penelitian itu dirumuskan peraturan – peratutan untuk mengendalikan kesuburan.
Sampai saat itu baru ditentukan pola lendir yang mempunyai hubungan dengan ovulasi, serta masa tidak subur sesudahnya. Untuk bagian pertam siklus, masih dipakai perhitungan metode kalender. Ini masih kurang memadai bagi mereka yang siklusnya tak teratur, pada wktu ovulasi tertunda, seperti misalnya pada wanita yang menyusui anak atau yang menjelang menopause.
Banyak wanita setelah mengerti metode dengan baik, merasa tidak perlu memakai termometer lagi. Mereka merasa bahwa perubahan perubahan lendir sudah cukup untuk menentukan masasubur. Suatu kelompok menemukan bahwa kesuburan mulai pada saat pola lendir yang sifatnya terus menerus sama berubah menjadi lendir yang berbeda.
Penemuan tersebut itu – bahwa ada pola ketidaksuburan selama ovulasi ( entah pola kering, entah ola lendir ) diteriam oelh semua pihak dengan lega, karena tidak perlu lagi mengadakan pantang yang cukup lama pada waktu itu seperti halnya dengan memakai perhitungan kalender. Asal rasa kering atau lendir itu tidak berubah sifatnya, tidak akan terjadi kehamilan. Setiap penemuan baru diteliti dengan seksama dan dihubungkan dengan keadaan hormona agar dapat dirumuskan pedoman pedoman yang dapat diandalkan dan berlaku umum.

Sejak tahun 1971 perhitungan sistem kalender, dan pengukuran suhu basal tidak dipakai lagi. Metode Ovulasi Billings yang sekarang sudah disempurnakan dan diteliti melalui bermacam macam penelitian, dapat berdiri sendiri, dan berlaku untuk semua keadaan hidup pembiakan.
Ibu – ibu dapat meneruskan penyusuan bayi dengan tenang, karena tahu apakah mereka subur atau tidak subur. Tidak perlu lagi menyapih banyinya agar supaya mulai berovulasi lagi. Karena sekarang dapat diketahui dengan tepat fase fase ketidak suburannya yang lama, wanita pra-menopause sekarang dibebaskan dari kecemasan, dan dari menunggu kenaikan suhu badan yang mungkin tidak akan terjadi lagi.
Metode evolusi ditentang terutama oleh meraka yang kurang memiliki pengetahuan dan kepandaian yang mengajarkannya dengan sukses, atau oelh mereka yang mengira bahwa metode ovulasi sama dengan sitem kalender. Terdorong oleh tentangan – tentangan ini penelitian-penelitian ilmiah dilanjutkan bersama dengan percobaan percobaan lapangan. Akibatnya keefektifan metode tidak diragukan lagi.
Penelitian-penelitian metode pertama tama dilakukan dengan cara menyelidiki hormon hormon kesuburan. Penelitian hormon itu dilakukan atas wanita dengan siklus normal, yang menyusui, menjelang menopause, yang mengalami kelainan siklus seperti misalnya wanita tidak berovulasi, yang pola lendirnya lain, dan mereka yang mengalami kesulitan untuk mengandung.
Kemudian metode diselidiki melalui penelitian lendir sendiri untuk membedakan ciri ciri khas lendir subur dan lendir yang keluar pada waktu tidak subur. Akibat riset ini banyak pasangan yang dianggap mandul, dapat mencapai kehamilan. Akhir akhir ini penelitian dilakukan dengan menggunkan teknik teknik ultrasound dan laparoscopi, dimana perubahan perubahan pada permukaan indung telur dapat diselidiki secar visual.
Sekarang Metode Ovulasi berkembang dimana mana dalam lebih dari 100 negara, dan makin diterima oelh masyarakat luas. Penelitian lendir dari laboratorium, data laparoscop, pengukuran kadar hormon – hormon serta penelitian tentang masalah ketidak suburan, semua menunjukkan bahwa wanita akan lendirnya merupakan pedoman kesuburan yang amat tepat.

II. Metode Lendir Serviks ( Metode Ovulasi Billings, MOB)
Metode ovulasi didasarkan pada pengenalan terhadap perubahan lendir serviks selama siklus menstruasi, yang menggambarkan masa subur dalam siklus dan waktu fertilitas maksimal dalam masa subur.
Perubahan lendir serviks selama sikllus menstruasi merupakan akibat pengaruh estrogen. Saat kedua ovarium berada dalam keadaan diam, akan terlihat jumlah estrogen dan progesteron menurun, hasilnya adalah ketiadaan sensasi atau lendir pada vulva.
Pada metode MOB, mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari vagina, pengamatan sepanjang hari dan ambil kesimpulan pada malam hari. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina.
Untuk menggunakan metode MOB ini, seorang wanita harus belajar mengenali pula kesuburan dan pula dasar ke tidaksuburannya. Untuk menghindari kekeliruan dan untuk menjamin keberhasilan pada awal masa belajar, pasangan diminta secara penuh tidak bersenggama pada satu siklus haid, untuk mengenali pula kesuburan dan pula ketidaksuburan.
Pula kesuburan adalah pola yang terus berubah, dan pula dasar ketidaksuburan adalah pola yang sama sekali tidak berubah dari hari ke hari. Kedua pola ini mengikuti kegiatan hormon-hormon (khususnya estrogen dan progesteron) yang mengontrol daya tahan hidup sperma dan pembuahan. Oleh karena itu, dapat memberi informasi yang dapat diandalkan untuk mendapatkan atau menunda kehamilan.
Suatu catatan yang sederhana dan tepat adalah kunci untuk keberhasilan. Suatu rangkaian kode digunakan untuk melengkapi catatan. Kode ini harus cocok dengan budaya lokal dan dapat digunakan oleh pengguna KBA secara luas. Contoh berikut adalah tabel pencatatan kode siklus normal (teratur) biasa, berkisar 28 hari dan siklus normal (teratur) berkisar 20-25 hari.

III. Peranan Lendir Serviks
Lendir serviks yang diatur oleh hormon estrogen dan progesteron ikut berperan dalam reproduksi. Pada setiap siklus haid diproduksi 2 macam lendir serviks oleh sel-sel serviks, yaitu:
a. Lendir type E (Estrogenik)
* Di produksi pada fase akhir pra ovulasi
§ dan fase ovulasi
* Sifat-sifat:
-Banyak, tipis, seperti air
ü (jernih) dan viskositas rendah

-Spinnbarkeit (elastisitas) besar. Spinnbarkeit= sampai seberapa jauh lendir dapat dapat diregangkan sebelum putus.
-Bila dikeringkan terjadi bentuk seperti daun pakis
ü (fernlike pattern, ferning, arborization).
* Spermatozoa dapat “menembus” lendir ini.
b. Lendir type G (Gestagenik)
§ Diproduksi oleh fase awal pra ovulasi dan setelah ovulasi.
§ Sifat-sifat:
- Kental
- Viskositas tinggi
- Keruh (opaque)
§ Dibuat karena peninggian kadar progesteron.

§ Spermatozoa tidak dapat menembus lendir ini.
Pada masa subur terjadi perubahan yang bersifat spinbarkeit. Lendir lentur, tidak terputus jika dipegang, dan lengket seperti agar-agar.

Kalau mau lebih pasti, lendir ini bisa diperiksa ahli pada objek gelas dibawah mikroskop. Lendir yang terjadi pada masa subur, akan terlihat berbentuk seperti daun pakis.

IV. Perubahan lendir serviks selama siklus mentruasi

a. Fase tidak subur sebelum ovulasi

Setelah menstruasi, dalam beberapa hari vulva dalam kondisi kering. Fase ini mungkin tidak ada bila siklusnya pendek dan akan panjang bila siklusnya panjang. Sensasi kering di vulva dan biasanya tidak ditemukan lendir. Setelah darah haid bersih, kebanyakan ibu mempunyai 1 sampai beberapa hari tidak terlihat adanya lendir dan daerah vagina terasa kering, ini dinamakan hari-hari kering.

b. Fase subur

Ketika esterogen meningkat, lendir serviks dapat dirasakan pada vulva. Pada mulanya akan memberikan sensasi lembab dan akan terdapat sejumlah kecil lendir yang berwarna putih atau krem. Pada tes dengan jari, lendir cenderung mempertahankan bentuk dan mudah pecah. Ketika terobsesi adanya lendir sebelum ovulasi, ibu dianggap subur, ketika terlihat adanya lendir, walaupun jenis lendir yang kental dan lengket. Lendir subur yang basah dan licin mungkin sudah ada di serviks dan hari subur dimulai.

Pada fase transisi, jumlah lendir meningkat dan lendir dengan warna seperti awan dapat dilihat. Elastisitas rendah dan menimbulkan sensasi basah.

Pada saat mendekati ovulasi, lendir makin banyak dan mungkin jumlahnya bisa 10 kali lipat. Ini memberikan sensasi licin pada vulva. Penampakan seperti putih telur yang mentah, tipis, berair, dan transparan. Pada tes dengan jari, lendir yang sangat subur ini dapat ditarik sampai beberapa cm sebelum pecah.

Lendir yang subur menjaga kehidupan sperma, memberinya makan dan membiarkannya melalui serviks. Pada lendir ini, sperma dapat hidup sampai dengan 3 hari, bahkan pada kasus yang jarang dapat hidup sampai dengan 5 hari atau lebih

c. Hari puncak

Hari puncak menunjukkan hari terakhir dimana lendir yang elastis, transparan terlihat atau dirasakan, lendir licin, mulur dan ada perasaan basah.

d. Fase tidak subur setelah ovulasi

Selama fase setelah ovulasi, setelah hari puncak, sensasi licin menghilang dan secara tiba-tiba kembali ke kering lagi. Gejala subyektif ini merefleksikan adanya progesteron, yang menebalkan lendir sehingga menyumbat serviks dan menghalangi masuknya sperma.

Pada pemeriksaan lendir serviks ini ada beberapa yang harus diingat:

- Jumlah dan kualitas lendir bervariasi pada seorang perempuan dengan perempuan lain dan pada satu siklus dengan siklus yang lain.

- Setiap perubahan sensasi dan bahkan pada sejumlah kecil lendir harus diperhatikan.

- Jika menemukan kesulitan dalam mendeteksi lendir dari luar, kadang-kadang lebih mudah dikenali setelah berolahraga atau setelah buang air besar.

- Kegel (gerakan mengerutkan otot panggul bagian bawah seperti menahan kencing) juga kadang membantu pengeluaran lendir.

Perubahan lendir serviks dapat diamati melalui vulva (alat kelamin luar) dan dicatat setiap hari. Perubahan lendir dapat juga diamati pada serviks dimana lendir tersebut akan muncul sehari sebelum muncul di vulva. Perubahan ini mungkin dikaburkan dengan adanya cairan sperma, spermisida atau infeksi vagina.

Lendir serviks ini dapat dikenali dengan rasa/sensasi, penampakan, dan tes dengan jari tangan.

§ Sensasi

Sensasi sangat penting dan sering merupakan hal tersulit untuk dipelajari. Ada atau tidaknya lendir dikenali dengan sensasi pada vulva. Sensasi mungkin merupakan rasa yang jelas tentang kering, lembab, lengket, basah, licin, atau lubrikasi

§ Penampakan

Kertas tisu putih dan lembut diusapkan pada vulva. Tisu akan basah dan bila ada lendir serviks, lendir akan terlihat menggumpal pada tisu. Warna lendir dicatat, mungkin berwarna putih, krem, buram, atau transparan. Lendir sering terlihat pula pada celana dalam, dalam kondisi kering sehingga karakteristiknya telah berubah.

§ Tes Jari

Tes ini dapat dilakukan pada lendir yang terdapat di atas tisu dengan cara mengambil lendir tersebut dengan ujung jari telunjuk dan ibu jari. Dengan perlahan, jari telunjuk ditarik, untuk melihat elastisitas lendir. Lendir mungkin elastis, atau mudah pecah, atau lembut, licin seperti putih telur yang mentah. Elastisitas ini dikenal dengan nama efek Spin dan menunjukkan bahwa lendir subur.

Perubahan serviks dapat dirasakan oleh ujung jari. Sentuhan yang lembut diperlukan untuk mengenali perubahan serviks dari hari ke hari.

Serviks sebaiknya diperiksa setiap hari pada waktu yang sama, misalnya sembari mandi pagi. Sebelum memeriksa, kandung kemih harus kosong (buang air kecil terlebih dahulu). Setiap kali pemeriksaan sebaiknya menggunakan posisi yang sama, baik berdiri dengan satu kaki dinaikkan (misal pada ditumpukan pada sisi bak mandi) atau jongkok. Tangan dicuci bersih dengan menggunakan sabun dan dikeringkan (kuku tangan harus pendek). Jika memungkinkan menggunakan sarung tangan yang telah disucihamakan. Jari telunjuk tangan kanan secara perlahan dimasukkan dalam vagina sampai teraba serviks.

Pada perabaan serviks terasa bola licin yang berlekuk, sedangkan vagina akan teraba lembut, lembab, dan berlekuk-lekuk.

Jika serviks sulit dicapai, rahim dapat didorong ke bawah dengan menekan perut bagian bawah sedikit tulang pubis dengan tangan kiri. Dengan pengalaman, pemeriksaan hanya memakan waktu beberapa detik.

Untuk sebagian perempuan, kadang-kadang lebih mudah menggunakan dua jari (jari telunjuk dan jari tengah) atau meminta pasangannya untuk memeriksa. Hal ini masing dimungkinkan, selama sepanjang siklus pemeriksaan dilakukan oleh orang yang sama dan dengan cara yang sama.

Sensasi pada vulva

Tes dengan jari

Penampakan

Lembab atau
lengket

Lendirawal
sedikit
tebal
putih
lengket
cenderung berbentuk tetap

Basah

Lendir pada masa transisi
jumlahnyameningkat
lebihtipis
berawan
sedikit elastis

Licin

Lendir dengan kesuburan tinggi
jumlahbanyak
tipis
transparan

elastis
(seperti putih telur yang mentah)

Syarat syarat kesuburan adalah sebagi berikut:

  • Ovulasi yang memuaskan.
  • Saluran-saluran telur yang sehat sehingga memungkinkan perjalanan sel-sel sperma untuk bertemu dengan sel telur. Sesudah pembuahan, saluran ini akan memberi gizi dan membentuk embrio untuk menempuh perjalanan sampai ke rongga rahim danmengadakan implantasi (nidasi)
  • Selaput dinding rahim yang sehat bagi proses implementasi.
  • Fungsi leher rahim yang memadai untuk menghasilkan lendir melancarkan perjalanan sel-sel sperma sehat sampai saluran telur.
  • Keharmonisan hubungan antara suami – istri yang menunjang pembuahan.

V. Penyulit-penyulit Metode Lendir Serviks

  1. Keadaan fisiologis: sekresi vagina karena rangsangan seksual
  2. Keadaan patologis: infeksi vagina, serviks, penyakit-penyakit, peemakaian obat-obat
  3. Keadaan psikologis: stress (fisik dan emosional)

VI. Efektifitas Metode Lendir Serviks

  1. Angka kegagalan: 0,4 -39,7 kehamilan pada 100 wanita pertahun
  2. Di samping abstinens pada saat yang diperlukan, masih ada 3 sebab lain terjadinya kegagalan/ kehamilan:

- pengeluaran lendir mulainya terlambat

- gejala puncak (peak symptom) timbul terlalu awal/dini

- lendir tidak dirasakan oleh si wanita atau dinilai/ interpretasi salah

VII. Pengamatan dan Pencatatan

a. Cara Pengamatan Diri.

Pengamatan dilakukan setiap hari mulai bangun tidur di pagi hari samapi akan tidur di malam hari. kemudian pengamatan tersebut disimpulkan untuk kemudian di catat di buku pencatatan untuk hari itu pada malam hari menjelang tidur.

pengamatan melimuti 2 hal :

  • Rasa Vulva : kering di vulva / lembab / rasa basah / licin.
  • Sifat lendir : tidak ada lendir / lekat / keruh / jernih / mulur.

b. Cara Pencatatan harian

Pada buku pencatatan di kolom pencatataan.

  • Tulis tanggal dan bulan hari itu kemudin urutkan kebawah. Bila ibu belum menstruasi setelah melahirkan, urutkan terus kebawah sesuai tanggal dan sambung pada jalus berikutnya. Namun bila ibu nantinya menstruasi, maka pencatatan hari pertama menstruasi di mulai di awal lajur berikut nya.
  • Pencatatan awal pada ibu selain pasca melahirkan atau menyusui, sebaiknya di mulai pada hari pertama menstruasi dengan maksud agar ibu yakin tidak ada kehamilan pada siklus sebelum nya.
  • Pencatatan dilakukan sesuai pengamatan ibu pada hari itu.
  • isi kolom keterangan sesuai pengamatan ibu.

Pencatatn harian yang berisi hasil-hasil pengamatan yang dilakuakan pada vulva sangat menentukan untuk memahami Metode Ovulasi Billings. Pencatatan tanda-tanda yang paling subur yang terlihat sepanjang hari itu dilakuakan pada malam harinya. Catatan siklus pertama yang harus segera dimulai biasanya dilakukan selama 2-4 minggu, dalam jangka waktu tersebut suami-istri perlu menghindari semua kontak alat kelamin agar hasil pengamatan mereka tidak keliru dengan reaksi yang ditimbulkan oleh hubungan seksual.
Hasil pencatatan ini menjadi informasi bagi suami dan memberi kesempatan kepada suami-istri untuk berkomunikasi serta mengambil kepustusan bersama untuk melakukan hubungan seksual atau tidak. Pemeriksaan bagian dalam vagina tidak boleh dilakukan karena dapat menimbulkan kebingungan. Untuk mencatat hasil pengamatan, digunakan stiker-stiker berwarna tau simbol-simbol, dan dibawah setiap stiker tersebut dituliskan satu atau dua kata yang menjelaskan rasa pada vulva dan sifat lendir.
Sebuah pertanyaan unuk membantu perempuan yang merasa kebingunan adalah bagaimana dia mengetahui awal haid ( menstrusai ). Dia pasti segera mengakui bahwa dia merasa basah dam melihat pendarahan pada vulva. Peristiwa ini dicatat dengan stiker warna merah atau simbol

KODE PENEMPELAN STIKER dan PEMAKAIAN SIMBOL

Sama dengan pencatatan pada masa menstruasi, pada saat hari hari selanjutnya semua pengamatan tetang rasa pada vulva dan sifat lendir juga dicatat. Pada hari hari berikutnya, seorang perempuan dengan mudah akan mengenali pola kesuburan dan ketidaksuburan sesuai dengan pola lendirnya sendiri.

Mencatat perubahan lendir serviks
Mencatat lendir pada grafik suhu dan gejala

1. Lendir mesti diperhatikan selama seharian dan grafik diberi tanda setiap malam.
a. Setiap hari ketika darah sedang keluar, termasuk bercak, diberi tanda M (menstruasi).
b. Ketika merasakan sensasi kering pada vulva dan lendir tidak terlihat, diberi tanda K (kering).
c. Setiap hari ketika terlihat lendir yang putih atau krem diberi tanda L (lendir).
d. Setiap hari ketika terlihat lendir yang transparan, licin, diberi tanda S (subur).

2. Mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri
a. Sensasi : lembab, lengket, basah, licin
b. Penampakan pada tisu: putih, krem, berawan, atau transparan.
Pada lendir yang subur kadang-kadang terlihat bercak darah.
c. Tes dengan jari: lengket, membenang, atau elastis.

3. Hari Puncak
Hari ini ditandai dengan memberi tanda silang pada huruf S yang terakhir. Hari ini dapat diketahui secara restropektif. Pada hari selanjutnya akan terjadi perubahan lendir menjadi lebih tebal, putih dan lengket atau menjadi kering lagi.

4. Tanda-tanda tambahan
Tanda-tanda yang merupakan indikator minor ini juga dicatat.

5 .Hubungan seksual
Karena cairan semen akan mempengaruhi konsistensi lendir, dicatat dalam grafik dengan melingkari nomornya.

Gambar berikut merupakan contoh pencatatan perubahan lendir serviks.