Rabu, 12 Mei 2010

Makalah Lupus

MK: Biokimia Dosen : dr. Karmila


KASUS IMUNOLOGI
”Penyakit LUPUS”
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Biokimia











DISUSUN OLEH :
Nila Sari
08.04.1.024
IA



PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKES HANG TUAH PEKANBARU
2008/2009


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan kepada kita semua tentang penyakit ”LUPUS” yang dapat menyerang sistem imun tubuh kita.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang berguna demi perbaikan dalam makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita sebagai penambah wawasan dan pengembangan pengetahuan kita tentang kasus imunologi khususnya penyakit lupus.







Pekanbaru, Juni 2009
Hormat Saya,


Penulis




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 4
1.2 Tujuan 5
BAB II : ISI
2.1 Pengenalan Imunologi 6
2.2 Definisi Penyakit Lupus 7
2.3 Gejala-gejala Penyakit Lupus 8
2.4 Jenis Penyakit Lupus 10
2.5 Kelainan Antibodi (Autoimunitas) 10
2.6 Jalan Masuk Antibodi ke dalam Tubuh dan Akibat Kelebihan Antibodi 11
2.7 Cara Menghindari Kambuhnya Penyakit Lupus Pada Penderita 11
2.8 Pengobatan Penyakit Lupus 12
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan 13
3.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit-penyakit akibat penurunan imunitas merupakan penyakit yang sulit diatasi kedokteran modern karena:
* Kesembuhan hampir tidak pernah terjadi.
* Tidak mungkin untuk menghambat lajunya penyakit seperti ini.

Suatu organisme hidup tidak mungkin bertahan tanpa pertahanan terhadap faktor-faktor yang merugikan baik dari dalam maupun dari luar, hidup maupun mati.
Mekanisme pertahanan yang di bentuk sejak terjadinya kehidupan berjuta tahun yang lalu merupakan suatu system yang rumit dan sangat terorganisir baik melindungi existensi biologis setiap mahluk hidup.
Hubungan dengan lingkungan dan perlindungan terhadap lingkungan merupakan -unsur kunci dalam kehidupan . Asupan dan metabolisme dari zat pendukung kehidupan diakui sebagai sifat biologis dasar tetapi jangan dilupakan bahwa pertahanan melawan hal yang mengancam dan merusak kehidupan sama pentingnya.
Walau sangat canggih sistem kekebalan bekerja berdasarkan prinsip dasar yang sangat sederhana yaitu membedakan antara diri (sendiri) dan benda asing dan menyerang benda asing dengan tujuan akhir mengeluarkannya dari dalam tubuh.
Biasanya kita berhasil, misalnya pada saat tubuh kita menyerang mikroba yang patogen tetapi kadangkala seperti pada saat tubuh kita bergantung pada organ yang ditransplantasikan, misalnya jantung, ginjal,hati akan terjadi sistem imunitas menyerang dan menyebabkan efek penolakan.
Sistem kekebalan dapat dianggap sebagai pasukan pertahanan. Pasukan ini terdiri dari berbagai battalion yang masing masing harus melakukan suatu kegiatan yang sudah ditentukan dan setiap prajurit di perintah untuk melakukan tugas tertentu.
Pasukan ini harus melawan banyak macam penyerang seperti bermacam bakteri, jamur, virus, tumor, racun, protein asing yang masing-masing memerlukan rencana tempur yang berbeda.
Tanpa pasukan prajurit imunologis demikian untuk melawan yang bekerja berdasarkan rencana tempur yang benar kita sudah menyerah kepada para penyerang sebelum kita melalui masa bayi .
1.2 TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah dengan judul “Penyakit LUPUS” adalah untuk memberikan informasi kepada semua pihak yang memerlukan info mengenai penyakit LUPUS tersebut agar semua lebih memahami segala hal tentang penyakit tersebut sehingga dapat mengantisipasi dan mengenalinya dari dini.






















BAB II
ISI

2.1 Pengenalan Imunologi

Paul Ehrlich
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi imunitas. Imunologi berasal dari ilmu kedokteran dan penelitian awal akibat dari imunitas sampai penyakit. Sebutan imunitas yang pertama kali diketahui adalah selama wabah Athena tahun 430 SM. Thucydides mencatat bahwa orang yang sembuh dari penyakit sebelumnya dapat mengobati penyakit tanpa terkena penyakit sekali lagi. Observasi imunitas nantinya diteliti oleh Louis Pasteur pada perkembangan vaksinasi dan teori penyakit kuman. Teori Pasteur merupakan perlawanan dari teori penyakit saat itu, seperti teori penyakit miasma. Robert Koch membuktikan teori ini pada tahun 1891, untuk itu ia diberikan hadiah nobel pada tahun 1905. Ia membuktikan bahwa mikroorganisme merupakan penyebab dari penyakit infeksi. Virus dikonfirmasi sebagai patogen manusia pada tahun 1901 dengan penemuan virus demam kuning oleh Walter Reed.
Imunologi membuat perkembangan hebat pada akhir abad ke-19 melalui perkembangan cepat pada penelitian imunitas humoral dan imunitas selular. Paul Ehrlich mengusulkan teori rantai-sisi yang menjelaskan spesifisitas reaksi antigen-antibodi. Kontribusinya pada pengertian imunitas humoral diakui dengan penghargaan hadiah nobel pada tahun 1908, yang bersamaan dengan penghargaan untuk pendiri imunologi selular, Elie Metchnikoff.
2.2 Definisi Penyakit Lupus
Penyakit lupus yang dalam bahasa kedokterannya dikenal sebagai systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang banyak sistem dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan disertai adanya antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri.

Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit inflamasi/otoimun multiorgan dengan penyebab yang belum jelas. LES juga penyakit yang aneka ragam manifestasi klinik, laboratorium, perjalanan dan prognosa. Timbulnya LES karena terjadinya penyimpangan reaksi imunologik yang menghasilkan antibodi yang terus menerus. Antibodi ini sebagian menyebabkan kerusakan sitotoksik. Bagian lain dari antibodi beperan serta dalam pembentukan kompleks imun. Kompleks imun ini mencetuskan penyakit inflamasi imun sistemik.
Sistem imun tubuh biasanya membentuk sejenis protein yang disebut antibodi. Antibodi melindungi tubuh terhadap serangan virus, kuman dan bahan asing lainnya. Virus, kuman dan bahan asing lainya disebut antigen. Pada penyakit otoimun seperti LES, sistem imun tubuh kehilangan kemampuannya untuk membedakan antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri. Dalam keadaan demikian sistem imun tubuh membentuk antibodi terhadap sel dan jaringan sendiri terus menerus. Antibodi ini disebut otoantibodi.
Otoantibodi menyerang sel sendiri (sel sendiri dianggap antigen atau disebut oto antigen) dan membentuk kompleks otoimun. Kompleks (oto) imun makin lama makin bertambah dalam jaringan dan beredar dalam darah. Ini mencetuskan inflamasi otoimun dengan kerusakan multiorgan. Manifestasi inflamasi otoimun atau penyakit otoimun/LES ini terutama terjadi pada sendi, kulit, darah, ginjal, dan otak. Adakalanya LES menyerang hampir semua organ tubuh.
PENYAKIT lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE) lebih sering ditemukan pada ras tertentu seperti ras kulit hitam, Cina, dan Filipina. Penyakit ini terutama diderita oleh wanita muda dengan puncak kejadian pada usia 15-40 tahun (selama masa reproduktif) dengan perbandingan wanita dan laki-laki 5:1. Penyakit ini sering ditemukan pada beberapa orang dalam satu keluarga.
Penyebab dan mekanisme terjadinya SLE masih belum diketahui dengan jelas. Namun diduga mekanisme terjadinya penyakit ini melibatkan banyak faktor seperti genetik, lingkungan, dan sistem kekebalan humoral. Faktor genetik yang abnormal menyebabkan seseorang menjadi rentan menderita SLE, sedangkan lingkungan berperan sebagai faktor pemicu bagi seseorang yang sebelumnya sudah memiliki gen abnormal. Sampai saat ini, jenis pemicunya masih belum jelas, namun diduga kontak sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat golongan sulfa, penghentian kehamilan, dan trauma psikis maupun fisik.
Penyakit LUPUS adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker. Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi penyandang penyakit Lupus mencapai 5 juta orang, lebih dari 100 ribu kasus baru terjadi setiap tahunnya.
Arti kata lupus sendiri dalam bahasa Latin berarti “anjing hutan”. Istilah ini mulai dikenal sekitar satu abad lalu. Awalnya, penderita penyakit ini dikira mempunyai kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi . Bercak-bercak merah di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan , rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh.
Dr. Rahmat Gunadi dari Fak. Kedokteran Unpad/RSHS menjelaskan, penyakit lupus adalah penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh dianggap benda asing. Reaksi sistem imunitas bisa mengenai berbagai sistem organ tubuh seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru, lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, maupun pembuluh darah dan sel-sel darah.
“Penyakit ini dapat mengenai semua lapisan masyarakat, 1-5 orang di antara 100.000 penduduk, bersifat genetik, dapat diturunkan. Wanita lebih sering 6-10 kali daripada pria, terutama pada usia 15-40 tahun. Bangsa Afrika dan Asia lebih rentan dibandingkan kulit putih. Dan tentu saja, keluarga Odapus. Timbulnya penyakit ini karena adanya faktor kepekaan dan faktor pencetus yaitu adanya infeksi, pemakaian obat-obatan, terkena paparan sinar matahari, pemakaian pil KB, dan stres,” ujarnya. Penyakit ini justru kebanyakaan diderita wanita usia produktif sampai usia 50 tahun sekalipun ada juga pria yang mengalaminya. Oleh karena itu dianggap diduga penyakit ini berhubungan dengan hormon estrogen.
Pada kehamilan dari perempuan yang menderita lupus, sering diduga berkaitan dengan kehamilan yang menyebabkan abortus, gangguan perkembangan janin atau pun bayi meninggal saat lahir. Tetapi hal yang berkebalikan juga mungkin atau bahkan memperburuk geja LUPUS. Sering dijumpai gejala Lupus muncul sewaktu hamil atau setelah melahirkan.
2.3 Gejala-gejala Penyakit Lupus
Gejala klinis dan perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Penyakit dapat timbul mendadak disertai tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam tubuh. Penyakit dapat juga menahun dengan gejala pada satu sistem yang lambat laun diikuti oleh terkenanya sistem yang lain. Pada tipe menahun terdapat masa bebas gejala dan masa kambuh kembali. Masa bebas gejala dapat berlangsung bertahun-tahun. Munculnya penyakit dapat spontan atau didahului faktor pemicu. Setiap serangan biasanya disertai gejala umum, seperti demam, badan lemah, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun.
Diagnosis SLE seringkali sulit ditegakkan karena gejala klinis penyakitnya sangat beraneka ragam. Untuk menegakkan diagnosis SLE umumnya harus dilakukan melalui dua tahapan. Pertama, menyingkirkan kemungkinan diagnosis penyakit lain. Kedua, mencari tanda dan gejala penyakit yang memiliki nilai diagnosis tinggi untuk SLE.
Berdasarkan kriteria American College of Rheumatology (ACR) 1982, diagnosis SLE dapat ditegakkan secara pasti jika dijumpai empat kriteria atau lebih dari 11 kriteria, yaitu bercak-bercak merah pada hidung dan kedua pipi yang memberi gambaran seperti kupu-kupu (butterfly rash), kulit sangat sensitif terhadap sinar matahari (photohypersensitivity), luka di langit-langit mulut yang tidak nyeri, radang sendi ditandai adanya pembengkakan serta nyeri tekan sendi, kelainan paru, kelainan jantung, kelainan ginjal, kejang tanpa adanya pengaruh obat atau kelainan metabolik, kelainan darah (berkurangnya jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah), kelainan sistem kekebalan (sel LE positif atau titer anti-ds-DNA abnormal atau antibodi anti SM positif atau uji serologis positif palsu sifilis) dan antibodi antinuklear (ANA) positif.
Kelainan yang paling sering pada SLE adalah kelainan sendi dan kelainan kulit. Sendi yang sering terkena adalah sendi jari-jari tangan, sendi lutut, sendi pergelangan tangan dan sendi pergelangan kaki. Kelainan kulit berupa butterfly rash dianggap khas dan banyak menolong dalam mengarahkan diagnosis SLE.
Gejala-gejala penyakit dikenal sebagai Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) alias Lupus. Eritomatosus artinya kemerahan. sedangkan sistemik bermakna menyebar luas keberbagai organ tubuh. Istilahnya disebut LES atau Lupus. Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah:
1. Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan.
2. Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
3. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus.
4. Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit LUPUS ini
5. Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan
2.4 Jenis Penyakit lupus
Jenis penyakit Lupus ini memiliki tiga macam bentuk yaitu :
- Cutaneus Lupus, seringkali disebut discoid yang mempengaruhi kulit.
- Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang menyerang organ tubuh seperti kulit, persendian, paru-paru, darah, pembuluh darah, jantung, ginjal, hati, otak, dan syaraf.
- Drug Induced Lupus(DIL), timbul karena menggunakan obat-obatan tertentu. Setelah pemakaian dihentikan, umumnya gejala akan hilang.
11 Kriteria yang dipakai dalam klasifikasi LES dari American College of Rheumatology (ACR)
a. Artritis nonerosif pada 2 atau lebih sendi dengan tanpa efusi
b. ANA di atas titer normal yang bukan disebabkan oleh obat
c. Bercak malar
d. Fotosensitif bercak reaksi sinar matahari/dari anamnesa
e. Bercak diskoid
f. Salah satu kelainan darah
i. Anemia hemolitik (eritrosit dihancurkan oleh otoantibodi) dengan retrikulositosis
ii. Lekosit < 4000 dalam dua kesempatan. Variasinya 1500-4000 lekosit
iii. Limfosit < 1500 dalam dua kesempatan
iv. Trombosit < 100.000 bukan karena obat


g. Salah satu kelainan ginjal
i. Proteinuria > 0,5 g per 24 jam urin/protein +++ dalam urin dengan tes dipstik.
ii. Sedimen : seluler eritrosit/ lekosit/ hemoglobin atau granuler/ tubuler/campuran
h. Salah satu serositis
i. Pleuritis dari anamnesa/terdengar gesekan pleura melalui stetoskop/efusi pleura
ii. Perikarditis terdengar gesekan melalui stetoskop/EKG/efusi dari perikardium
i. Salah satu kelainan neurologik
i. Konvulsi bukan karena obat/kelainan metabolik/gangguan elektrolit
ii. Psikosis bukan karena obat/kelainan metabolik/gangguan elektrolit
j. Ulser mulut/hidung, biasanya tidak nyeri
k. Salah satu kelainan imunologik
i. Sel LE positif
ii. Anti dsDNA di atas titer normal
iii. Anti Sm (Smith) di atas titer normal
iv. Tes sifilis positif palsu selama 6 bulan dan dikonfirmasikan dengan imobilisasi treponema palidum/tes fluoresen antibodi treponema positif.
2.5 Kelainan Antibodi (autoimunitas)
Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tetap sehat. Namun, dalam penyakit ini kekebalan tubuh justru menyerang organ tubuh yang sehat. Penyakit Lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi yang berlebih. Dalam tubuh seseorang terdapat antibodi yang berfungsi menyerang sumber penyakit yang akan masuk dalam tubuh. Uniknya, penyakit Lupus ini antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul berlebihan. Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat. Kelainan ini disebut autoimunitas.



2.6 Jalan masuk Antibodi kedalam tubuh dan Akibat kelebihan antibodi
Antibodi yang berlebihan ini, bisa masuk ke seluruh jaringan dengan dua cara yaitu :
Pertama, antibodi aneh ini bisa langsung menyerang jaringan sel tubuh, seperti pada sel-sel darah merah yang menyebabkan selnya akan hancur. Inilah yang mengakibatkan penderitanya kekurangan sel darah merah atau anemia.
Kedua, antibodi bisa bergabung dengan antigen (zat perangsang pembentukan antibodi), membentuk ikatan yang disebut kompleks imun.Gabungan antibodi dan antigen mengalir bersama darah, sampai tersangkut di pembuluh darah kapiler akan menimbulkan peradangan. Dalam keadaan normal, kompleks ini akan dibatasi oleh sel-sel radang (fagosit) Tetapi, dalam keadaan abnormal, kompleks ini tidak dapat dibatasi dengan baik. Malah sel-sel radang tadi bertambah banyak sambil mengeluarkan enzim, yang menimbulkan peradangan di sekitar kompleks. Hasilnya, proses peradangan akan berkepanjangan dan akan merusak organ tubuh dan mengganggu fungsinya. Selanjutnya, hal ini akan terlihat sebagai gejala penyakit. Kalau hal ini terjadi, maka dalam jangka panjang fungsi organ tubuh akan terganggu.
2.7 Cara menghindari kambuhnya penyakit lupus pada penderita
 Menghindari stress
 Menjaga agar tidak langsung terkena sinar matahari
 mengurangi beban kerja yang berlebihan
 menghindari pemakaian obat tertentu.
2.8 Pengobatan Penyakit Lupus
Kesembuhan total dari penyakit ini, tampaknya sulit. Dokter lebih berfokus pada pengobatan yang sifatnya sementara.Lebih difokuskan untuk mencegah meluasnya penyakit dan tidak menyerang organ vital tubuh

Sampai sekarang, SLE memang belum dapat disembuhkan secara sempurna. Meskipun demikian, pengobatan yang tepat dapat menekan gejala klinis dan komplikasi yang mungkin terjadi. Program pengobatan yang tepat bersifat sangat individual tergantung gambaran klinis dan perjalanan penyakitnya. Pada umumnya, penderita SLE yang tidak mengancam nyawa dan tidak berhubungan dengan kerusakan organ vital dapat diterapi secara konservatif.
Bila penyakit ini mengancam nyawa dan mengenai organ-organ vital, maka dipertimbangkan pemberian terapi agresif. Terapi konservatif maupun agresif sama-sama menggunakan terapi obat yang digunakan secara tunggal ataupun kombinasi. Terapi konservatif biasanya menggunakan anti-inflamasi non-steroid (indometasin, asetaminofen, ibuprofen), salisilat, kortikosteroid (prednison, prednisolon) dosis rendah, dan antimalaria (klorokuin). Terapi agresif menggunakan kortikosteroid dosis tinggi dan imunosupresif (azatioprin, siklofoshamid).
Selain itu, penderita SLE perlu diingatkan untuk selalu menggunakan krem pelindung sinar matahari, baju lengan panjang, topi atau payung bila akan bekerja di bawah sinar matahari karena penderita sangat sensitif terhadap sinar matahari. Infeksi juga lebih mudah terjadi pada penderita SLE, sehingga penderita dianjurkan mendapat terapi pencegahan dengan antibiotika bila akan menjalani operasi gigi, saluran kencing, atau tindakan bedan lainnya. Salah satu bagian dari pengobatan SLE yang tidak boleh terlupakan adalah memberikan penjelasan kepada penderita mengenai penyakit yang dideritanya, sehingga penderita dapat bersikap positif terhadap terapi yang akan dijalaninya. Saat ini di beberapa negara telah tersedia penjelasan mengenai penyakit SLE dalam bentuk brosur, bahkan telah berdiri perkumpulan penderita SLE.
Sebelum tahun 1950, SLE merupakan penyakit yang fatal. Namun saat ini dengan pemakaian kortikosteroid yang tepat serta adanya kombinasi dengan obat lain dapat memberikan hasil yang baik. Kematian paling sering disebabkan komplikasi gagal ginjal, kerusakan jaringan otak, dan infeksi sekunder.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit LUPUS adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker.
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang banyak sistem dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan disertai adanya antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri.
Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah:
1. Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan.
2. Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
3. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus.
4. Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit LUPUS ini
5. Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan
Penyebab dan mekanisme terjadinya SLE masih belum diketahui dengan jelas. Namun diduga mekanisme terjadinya penyakit ini melibatkan banyak faktor seperti genetik, lingkungan, dan sistem kekebalan humoral. Faktor genetik yang abnormal menyebabkan seseorang menjadi rentan menderita SLE, sedangkan lingkungan berperan sebagai faktor pemicu bagi seseorang yang sebelumnya sudah memiliki gen abnormal. Sampai saat ini, jenis pemicunya masih belum jelas, namun diduga kontak sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat golongan sulfa, penghentian kehamilan, dan trauma psikis maupun fisik.
3.2 Saran
Suatu organisme hidup tidak mungkin bertahan tanpa pertahanan terhadap faktor-faktor yang merugikan baik dari dalam maupun dari luar, hidup maupun mati.
Mekanisme pertahanan yang di bentuk sejak terjadinya kehidupan berjuta tahun yang lalu merupakan suatu system yang rumit dan sangat terorganisir baik melindungi existensi biologis setiap makhluk hidup.
Hubungan dengan lingkungan dan perlindungan terhadap lingkungan merupakan -unsur kunci dalam kehidupan. Asupan dan metabolisme dari zat pendukung kehidupan diakui sebagai sifat biologis dasar tetapi jangan dilupakan bahwa pertahanan melawan hal yang mengancam dan merusak kehidupan sama pentingnya.
Walau sangat canggih sistem kekebalan bekerja berdasarkan prinsip dasar yang sangat sederhana yaitu membedakan antara diri (sendiri) dan benda asing dan menyerang benda asing dengan tujuan akhir mengeluarkannya dari dalam tubuh.
Biasanya kita berhasil , misalnya pada saat tubuh kita menyerang mikroba yang patogen tetapi kadangkala seperti pada saat tubuh kita bergantung pada organ yang ditransplantasikan, misalnya jantung, ginjal,hati akan terjadi sisteim imunitas menyerang dan menyebabkan efek penolakan..












DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth. 2001. Patofisisologi. Jakarta: EGC
J. Darmawan MD, Ph.D, FACR; Prof. AR. Nasution MD, FACP, FACR; Prof. Handono Kalim MD, Ph.D; Prof. RP. Sidabutar, MD, Ph.D; Diagnosis dan Terapi Lupus Eritematosus Sistemik; Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan, IDI.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Jilid I; Edisi Ketiga; Balai Penerbit FKUI; Jakarta, 1996.
Joseph A. Bellanti, MD; Imunologi III; Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada; Gajah Mada University Press.
http://id.wikipedia.org/wiki/Lupus_eritematosus_sistemik
www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar